Inilah Empat Karakter Peradaban Islam
Saya ingin membuka tulisan ini dengan menceritakan kembali pertemuan saya dengan seorang wanita setengah baya keturunan Cina di Hotel Le Meridian, Jakarta, pada penghujung tahun 2022. Namanya Susan. "Saya seorang non Muslim," katanya.
Ia kemudian bercerita bahwa saat ini ia telah menjadi nasabah bank syariah dan asuransi syariah. Awalnya, ia tak tahu sama sekali apa itu ekonomi dan keuangan syariah. Lalu, seseorang datang menjelaskan kepadanya.
"It's OK. Saya mulai tertarik," jelas Susan. Rupanya prinsip syariah mengedepankan keadilan dan kemanusiaan. Prinsip keadilan ini membuat siapa pun, termasuk non Muslim sekalipun, merasa aman bertransaksi.
"Saya mulai paham bahwa prinsip syariah itu menjauhkan orang dari unsur haram, zalim, riba, gharar, dan maysir. Semua unsur tersebut bertentangan dengan prinsip keadilan," cerita Susan.
Lama-lama, Susan tak sekadar menjadi pengguna produk syariah, namun kerap mengajak rekan-rekannya sesama non-Muslim untuk ikut menerapkan prinsip ekonomi dan keuangan syariah. "Kita harus sepakat bahwa syariah itu bukan milik satu kelompok atau golongan saja. Syariah itu untuk semua orang," jelas Susan.
BACA JUGA: Madinah Bukan Sekadar Kawasan Tapi Ada Peradaban di Dalamnya
Ungkapan terakhir Susan ini sesungguhnya adalah salah satu karakter dari peradaban Islam, yakni universal atau al-'Alamiyah. Artinya, Islam untuk semua manusia, bukan untuk segolongan tertentu saja.
Islam adalah risalah samawi terakhir yang diturunkan kepada seluruh umat manusia. Hal ini dijelaskan oleh Allah Ta'ala dalam al-Qur'an surat al-Anbiya [21] ayat 107, "Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam."
Jadi, Islam adalah agama global, penutup dan penyempurna syariat sebelumnya. Ajarannya relevan untuk semua zaman dan semua tempat.