Perkuat Iman dengan Tadabbur
Membaca al-Qur'an tentu saja baik. Dalam setiap huruf yang kita baca insya Allah akan ada pahala yang kita dapat.
Namun, membaca al-Qur'an lalu merenungi makna setiap ayat yang kita baca, tentu lebih baik lagi. Apalagi bila perenungan tersebut kita lakukan secara mendalam hingga sampai pada titik terjauh yang sanggup kita lakukan.
Itulah makna tadabbur menurut para ulama. Secara sederhana, tadabbur berarti merenungi sesuatu dengan sungguh-sungguh. Bila itu kita lakukan dengan benar maka insya Allah akan bertambahlah keimanan kita kepada Allah Ta'ala.
Menurut Syekh Utsaimin, tadabbur harus sampai kepada maknanya, bukan sekadar artinya. Bahkan, seringkali proses tadabbur dilakukan dengan cara memperhatikan sesuatu dari berbagai sisi, bukan hanya satu sisi saja, dan dilakukan berulang-ulang.
Itu berarti, jika kita hendak mentadabburi ayat-ayat al-Qur'an, maka tak cukup kita sekadar tahu artinya. Kita juga harus membaca tafsirnya, sehingga paham maknanya.
Bila masih dianggap kurang, kita juga bisa melengkapinya dengan siroh (sejarah) para Nabi dan orang-orang shaleh terdahulu yang berkaitan dengan hal tersebut. Dari sini, barulah kita bisa merenungi ayat demi ayat dari firman Allah Ta'ala tersebut.
Tadabbur bisa dilakukan oleh setiap kaum Muslim, bahkan Allah Ta'ala menganjurkannya. Anjuran tersebut difirmankan oleh Allah Ta'ala dalam beberapa ayat al-Qur'an. Misalnya, surat An Nisa [4] ayat 82, “Maka tidakkah mereka mentadabburi al-Qur'an? Sekiranya (al-Qur'an) itu bukan dari Allah, pastilah mereka menemukan banyak hal yang bertentangan di dalamnya.”
Anjuran lainnya terdapat dalam surat Shad [38] ayat 29, "(Al-Qur'an) ini adalah Kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka mentadabburi ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran (yang baik).”
Yang menarik, bila kita simak redaksi ayat-ayat tentang tadabbur di atas maka akan paham kita bahwa tadabbur al-Qur'an tak akan bisa dilakukan oleh orang-orang munafik dan kafir. Meskipun Allah Ta'ala telah menjamin kebenaran isi al-Qur'an dan tak akan ada pertentangan antara ayat yang satu dengan yang lainnya, namun orang-orang kafir dan munafik akan sulit menemukan makna di dalamnya.
Bahkan, dalam suatu riwayat, sebagaimana diungkapkan oleh Hisyam bin Urwah, bahwa ayahnya pada suatu hari mendengar Rasulullah SAW membaca al-Qur'an surat Muhammad [47] ayat 24, "Maka apakah mereka tidak merenungi (mentadaburri) al-Qur'an ataukah hati mereka terkunci?”
Kemudian seorang pemuda dari Yaman ketika mendengar ayat tersebut berkata, "Bahkan hatinya memang terkunci hingga Allah sendirilah yang membukanya."
Perkataan pemuda ini sangat berkesan di hati Umar bin Khaththab. Pemuda tersebut seperti hendak mengatakan bahwa orang-orang munafik dan kaum kafir tak akan mampu mentadabburi al-Qur'an karena hati mereka telah dikunci oleh Allah Ta'ala. Dan, hanya Allah Ta'ala saja yang mampu membukanya.
Karena itu, mari kita mulai mentadaburri al-Qur'an. Baca baik-baik isinya, baca artinya, baca pula tafsirnya, lalu renungkan maknanya. Bila semua itu tak membuat iman kita bertambah, maka berhati-hatilah! Boleh jadi itu pertanda sudah ada penyakit di hati kita.
Wallahu a 'lam
Penulis: Mahladi Murni