Segalanya Butuh Sabar
[Tadabbur Qur'an] Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman dalam al-Qur'an surat Al-A'raf [7] ayat 126:
وَمَا تَنْقِمُ مِنَّآ إِلَّآ أَنْ ءَامَنَّا بِئَايٰتِ رَبِّنَا لَمَّا جَآءَتْنَا ۚ رَبَّنَآ أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَتَوَفَّنَا مُسْلِمِينَ
Wa maa tangqimu minnaaa illaaa an aamannaa bi`aayaati robbinaa lammaa jaaa`atnaa, robbanaaa afrigh 'alainaa shobrow wa tawaffanaa muslimiin
Dan engkau tidak melakukan balas dendam kepada kami, melainkan karena kami beriman kepada ayat-ayat Tuhan kami ketika ayat-ayat itu datang kepada kami. (Mereka berdoa), "Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan matikanlah kami dalam keadaan muslim (berserah diri kepada-Mu)."
Kesabaran selayaknya mata uang dalam panggung kehidupan. Kita tahu, uang bukan segalanya, tapi hampir semua kebutuhan membutuhkan uang. Makan membutuhkan uang. Sekolah juga membutuhkan uang. Semua upaya untuk memenuhi kebutuhan, perlu uang.
Demikian pula dengan kesabaran. Sederet urusan hidup tak lepas dari peran sabar. Terlebih perkara iman dalam penghambaan manusia kepada Rabb-nya. Tentu sangat lebih membutuhkan sabar dari pada hanya urusan dunia.
Sabar meliputi semua perkara. Dari sabar ketika melakukan ketaatan, seperti menuntut ilmu yang panjang, berbakti kepada orang tua, beribadah ketika dilandar rasa malas, hingga sabar dalam menahan dari larangan kemaksiatan seperti ghibah, syubhat, iri, dan dengki.
Oemar Mita dalam bukunya berjudul Menyelami Untaian Do'a 40 Rabbana di Dalam Al-Qur'an menulis bahwa Allah Ta'ala mengulang kata sabar di dalam Kalam-Nya hingga 98 kali. Ini memberi arti bahwa sabar begitu spesial dalam amal seorang hamba.
Seorang hamba tak akan meraih posisi tertinggi sampai ia mampu mempertahankan iman dan rasa sabar. Jika ia bisa melakukannya maka kelak ia akan melangkahkan kakinya ke surga dengan ucapan:
سَلٰمٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ ۚ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ
Salaamun 'alaikum bimaa shobartum fa ni'ma 'uqbad-daar
"Selamat sejahtera atasmu karena kesabaranmu." Maka alangkah nikmatnya tempat kesudahan itu. (Ar-Ra'd [13]: 24)
Wallahu a'lam.
Penulis: Bq Ira Sevtira | mahasiswi STID M Natsir, Jakarta