Berdakwah Ada Konsekuensinya, Jadi Bersabarlah!
Syekh Al-Imam Muhammad bin Abdul Wahab bin Sulaiman At-Tamimi pernah menulis di dalam bukunya yang berjudul Al-Ushul Tsalatsah, bahwa sesungguhnya wajib bagi setiap Muslim untuk melakukan empat perkara.
Pertama, mengetahui ilmu tentang mengenal Allah dan Rasul-Nya serta ilmu tentang Islam dan dalil-dalilnya. Kedua, mengamalkan ilmu-ilmu tersebut. Ketiga, berdakwah kepada masyarakat tentang ilmu-ilmu itu.
Keempat, bersabar dalam menghadapi gangguan yang diakibatkan olehnya. Sabar di sini maksudnya adalah menahan nafsu di dalam ketaatan kepada Allah, menahannya dari maksiat kepada Allah, menahannya dari membenci takdir Allah, menahan dari setiap larangan, dan senatiasa melakukan semua perintah yang telah ditetapkan dalam kitab (Al-Qur'an) dan Sunnah.
Dakwah sudah menjadi kewajiban bagi seorang Muslim sebagaimana firman Allah Ta'ala dalam surah Ali Imran [3] ayat 104, yang artinya:
"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung."
Juga firman-Nya dalam surat Ali-Imran [3] ayat 110, yang artinya:
"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah."
Selain itu Rasulullah Shalallahu alahi wasalam bersabda, "Barangsiapa di antara kamu melihat kemungkaran hendaklah ia mencegah kemungkaran itu dengan tangannya. Jika tidak mampu, hendaklah mencegahnya dengan lisannya. Jika tidak mampu juga, hendaklah ia mencegah dengan hatinya. Itulah selemah-lemah iman." (Riwayat Muslim)
Dalam dakwah tentu ada tantangan dan hambatan. Ini sebuah keniscayaan. Justru jika dalam berdakwah tidak ada tantangan atau lancar-lancar saja, maka patut kita menduga, jangan-jangan dakwah kita kalah oleh tradisi masyarakat dan pengaruh adat istiadat.
Padahal, Nabi Ibrahim as, dalam perjalanan dakwahnya, pernah dibakar oleh kaumnya sendiri. Begitu juga Nabi Musa, Isa, bahkan Nabi Muhammad sekali pun, pernah ditentang, bahkan akan dibunuh.
Tantangan dan hambatan berguna untuk mengukur seberapa besar kadar kesabaan seorang hamba di dalam berdakwah. Syekh Muhammad bin Abdul Wahab pernah berkata, "Setelah berilmu, mengamalkan ilmu tersebut, lalu mendakwahkannya, maka bersabar dalam menghadapi gangguan yang diakibatkannya."
Kunci sukses menghadapi semua gangguan dan hambatan adalah sabar dan menyerahkan semuanya kepada Allah Ta'ala. Sebab, Allah Ta'ala memberikan pahala yang sangat besar kepada seorang hamba yang beriman, bertawakal hanya kepada Allah, dan senantiasa bersabar dalam segala hal.
Allah Subhanallahu wata'ala berfirman, yang artinya, "Katakanlah, 'Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertakwalah kepada Tuhanmu'. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas." (Azzumar: 10)
Al-Auza'iy mengatakan bahwa pahala mereka tidak ditukar atau ditimbang melainkan diberikan secara borongan tanpa perhitungan. Ibnu Jurij mengatakan bahwa pahala mereka perhitungkan terus menerus. Begitu juga As-Saddi mengatakan sehubungan dengan firman-Nya, "Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas," artinya tiada balasan bagi seseorang melainkan akan dimasukan ke dalam surga-Nya.
Wallahu a"lam. ***
Penulis: Masruroh | mahasiswi STID M Natsir, Jakarta.