Untukmu yang Diuji Sakit
Ketika kita diuji oleh Allah Ta'ala dengan sakit maka jangan berburuk sangka atas ujian itu. Kita justru bisa berharap semoga sakit tersebut dapat menghapus dosa-dosa, baik yang di sadari maupun tidak.
Dalam sebuah hadits Rasulullah saw bersabda:
لاَ تَسُبِّي الْحُمَّى فَإِنَّهَا تُذْهِبُ خَطَايَا بَنِي آدَم كَمَا يُذْهِبُ الْكِيْرُ خَبَثَ الْحَدِيْدِ
"Janganlah engkau mencaci demam, karena demam bisa menghilangkan dosa-dosa bani Adam sebagaimana alat pandai besi menghilangkan kotoran besi." (Riwayat Muslim no 2575)
Demam tidak hanya menghilangkan satu dosa, tapi banyak dosa. Artinya, jika demam --yang merupakan penyakit sepele saja-- mampu menghilangkan banyak dosa, bagaimana lagi dengan sakit yang lebih dari itu?
Kita tentu tidak berharap sakit. Namun, jika Allah Ta'ala menakdirkan sakit, maka hendaknya kita bersabar dan ridho dengan keputusan Allah Ta'ala tersebut. Yakinlah bahwa sakit yang Allah takdirkan justru memberikan kebaikan untuk kita.
Dosa ibarat kotoran. Semakin banyak kita bermaksiat, semakin kotor jiwa kita. Jika kotoran itu bertumpuk, maka akan menjadi besar. Nah, tumpukan kotoran itu akan bersih kembali jika dibilas dengan sabun atau pembersih lainnya.
Begitu pula dengan tumpukan maksiat yang akan menjadi dosa, akan terhapus dengan kebaikan, salah satunya dengan sabar ketika diuji sakit.
Pada hati kita terdapat kotoran yang kita sadari dan yang tidak kita sadari, serta dosa yang telah kita lupakan. Terkadang kotoran tersebut langsung hilang dengan istighfar.
Terkadang lagi harus dibersihkan dengan penyakit dan musibah. Sebab, mungkin istighfar kita kurang bermutu. Bisa juga kita tak menyadari kalau telah berbuat dosa. Nah, kotoran yang muncul tanpa kita sadari ini perlu juga dihapus dengan sakit dan musibah.
Namun, penyakit yang mendatangkan pahala adalah jika si sakit bersabar menghadapinya. Ingatlah, masih banyak orang yang sakitnya lebih parah dari sakit kita. Pada akhirnya kembali pada diri kita untuk ikhlas dan ridho dengan ketentuan Allah.
Wallahu a'lam
Penulis: Ulfaturrohmah | mahasiswa STID M Natsir, Jakarta