Wasathiyah Itu Pertengahan, Bukan Ekstrim

Ulasan  

Adapun terhadap perbedaan, khususnya dalam masalah agama yang bersifat furu’iyah atau khilafiyah maupun masalah sosial kemasyarakatan, manusia yang berperadaban Islam akan menyikapinya dengan toleransi (tasamuh). Bahkan, terhadap kaum kafir yang tidak memusuhi kaum Muslim sekalipun, Islam memerintahkan untuk berlaku adil.

Dalam kisah Nabi Musa AS, Allah Ta'ala berfirman:

اذْهَبَا إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى Ѻ فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى} [طه: 43، 44]

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

"Pergilah kamu berdua (Musa dan Harun) kepada Fir'aun, karena dia benar-benar telah melampaui batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir'aun) dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut," (Taha [20]: 43-44)

Pada ayat lain Allah Ta’ala berfirman:

لَّا يَنۡهَىٰكُمُ ٱللَّهُ عَنِ ٱلَّذِينَ لَمۡ يُقَٰتِلُوكُمۡ فِي ٱلدِّينِ وَلَمۡ يُخۡرِجُوكُم مِّن دِيَٰرِكُمۡ أَن تَبَرُّوهُمۡ وَتُقۡسِطُوٓاْ إِلَيۡهِمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُقۡسِطِينَ

“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (Al Mumtahanah [60]: 7)

Peradaban Islam akan menempatkan kaum Muslim dalam derajat yang sama dalam kacamata syariah, baik dari hukumnya atau pun kewajibannya. Islam adalah agama yang tidak mengenal perbedaan kasta. Tak ada perbedaan antara tokoh masyarakat dengan orang biasa. Tidak pula antara laki-laki dan perempuan. Setiap orang akan diganjar sesuai amal perbuatannya.

Rasulullah SAW bersabda:

إِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِينَ قَبْلَكُمْ أَنَّهُمْ كَانُوا إِذَا سَرَقَ فِيهِمِ الشَّرِيفُ تَرَكُوهُ، وَإِذَا سَرَقَ فِيهِمِ الضَّعِيفُ أَقَامُوا عَلَيْهِ الْحَدَّ

"Orang-orang sebelum kalian menjadi binasa karena apabila ada orang dari kalangan terhormat (pejabat, penguasa, elit masyarakat) yang mencuri, mereka membiarkannya dan apabila ada orang dari kalangan rendah (masyarakat rendahan, rakyat biasa) yang mencuri mereka menegakkan sanksi hukuman atasnya.’’

Demikian pula terhadap kaum kafir, Islam menempatkannya sama di mata hukum. Kisah tentang baju perang khalifah Ali RA yang dicuri seorang Yahudi dan dikalim sebagai miliknya adalah salah satu bukti bahwa Islam tidak membedakan siapa pun di mata hukum. Di pengadilan, Ali RA tak bisa menghadirkan saksi yang menguatkan bahwa baju perang itu miliknya. Pengadilan akhirnya memutuskan bahwa baju perang itu milik Sang Yahudi. Ali RA pun menerima keputusan hakim meskipun ia tetap yakin bahwa baju perang itu miliknya yang dicuri.

Demikianlah uraian tentang karakter peradaban Islam. Uraian ini tentu hanya secuil saja. Bila bangunan peradaban Islam ini akan dikupas secara tuntas, maka perlu pembahasan secara khusus lewat buku yang berlembar-lembar.

Namun, bangunan peradaban Islam pada hakikatnya adalah al-Qur'an yang diperjelas dengan hadits Rasulullah SAW dan ijma' ulama. Bangunan peradaban Islam adalah akhlak Rasulullah SAW sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, "Akhlak Rasulullah SAW adalah al-Qur'an." Itulah rujukan arsitektur bangunan peradaban Islam.

Wallahu a'lam. ***

Penulis: Mahladi Murni

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Jaga Iman dengan Berbagi Renungan

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image