KH. Usman Muhammad, Menjadi Sultan di Papua
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Ternate, KH Usman Muhammad, pernah "dinobatkan" menjadi sultan oleh masyarakat Manokwari, Papua Barat. Padahal, ia bukan putra asli Papua Barat. Ia lahir dan besar di Pulau Tidore, Maluku Utara.
Suatu ketika, cerita Usman kepada penulis yang mengunjunginya di Kantor MUI Kota Ternate pada Jumat, 24 Juni 2022, ia diminta berceramah di Bintuni, salah satu kabupaten di Papua Barat yang disebut-sebut paling kaya di Indonesia. Usai ceramah, ia berpamitan kepada masyarakat di sana karena akan melanjutkan berceramah di tempat lain.
Rupanya masyarakat di sana rebutan mau mengantar Usman ke lokasi ceramahnya yang baru. "Saya katakan kepada mereka kalau saya tidak perlu diantar. Soalnya, sudah ada panitia yang menjemput," cerita Usman.
BACA JUGA: Ayah Dekatkah Engkau dengan Anakmu?
Tapi warga di sana tetap memaksa. Kata mereka, "Bapak Gubernur saja kami antar, apalagi Bapak Sultan."
Mulanya Usman terkejut. Mengapa warga di sana memanggilnya dengan sebutan sultan? Rupanya, cerita Usman, masyarakat di sana paham kalau dulu wilayah Papua menjadi bagian dari Kesultanan Tidore. Dari sinilah Islam masuk ke Papua.
"Karena itulah masyarakat Papua amat menghormati orang-orang Tidore, apalagi dainya" kata Usman seraya tertawa.
BACA JUGA: Teluk Palu yang Pendiam
Begitu juga ketika Usman pindah tugas dari Papua Barat ke Ternate sekitar tahun 2001. "Banyak masyarakat yang menangis. Kata mereka, 'Kenapa Bapak Sultan harus pindah?'."
Masyarakat Papua, kata Usman, pada dasarnya baik. Hanya saja para dai perlu paham bagaimana budaya mereka. "Jangan sampai kita salah langkah, apalagi memaksakan diri untuk mengubah mereka secara cepat. Mereka perlu proses, kita perlu sabar," jelas Usman.
Baiklah sultan! ***
Penulis: Mahladi Murni