Kongres Budaya Umat Islam Indonesia Dinilai Memiliki Makna Strategis
JAKARTA— Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Zainut Tauhid Sa'adi menyatakan bahwa Kongres Kebudayaan Umat Islam Indonesia yang diselenggarakan Rabu (26 Juli 2023) di Sasana Kriya, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, memiliki makna strategis.
Pernyataan ini disampaikan Zainut saat menjadi Keynote Speaker dalam kongres tersebut yang bertajuk Mengukuhkan Peran Kebudayaan Islam Indonesia dalam Merekatkan Kebhinekaan Bangsa.
“Umat Islam sangat membutuhkan penyegaran yang kontekstual seiring perkembangan zaman yang selalu berubah,” jelas Zainut dalam kongres yang digelar Lembaga Seni Budaya dan Peradaban Islam (LSBPI) Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu.
Zainut juga menyampaikan, tantangan umat Islam ke depan sangat kompleks. Sebab, perkembangan teknologi semakin pesat, utamanya teknologi informasi. Kaum Muslim tak bisa lagi mengelak dari perkembangan ini.
Salah satu risiko yang harus diantisipasi, jelas Zainut lagi, adalah perubahan watak masyarakat dari sebelumnya.
Perubahan ini bisa ke arah positif, namun bisa juga ke arah negatif. Karena itulah, kegiatan kongres kebudayaan ini menjadi sangat penting untuk mendapatkan masukan-masukan dari para tokoh, seniman, dan budayawan, serta ulama.
Dalam kongres yang diikuti oleh perwakilah MUI Propinsi dan ormas-ormas Islam tersebut dibacakan “Deklarasi Muharram 1445 H.” oleh Ketua MUI Bidang Seni Budaya dan Peradaban Islam, Dr KH Jeje Zainuddin, didampingi Haji Rhoma Irama.
Ada beberapa butir deklarasi, di antaranya berisi, "Mengakui seni budaya sebagai fitrah naluriah karunia Illahi yang harus disyukuri, dirawat, dan dikembangkan sesuai panduan agama dan nilai serta norma kemanusiaan agar bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan."
Selain itu, dideklarasikan juga bahwa, "Harmonisasi antara keragaman budaya bangsa Indonesia dengan nilai-nilai islami sangat berkontribusi bagi terwujudnya bangsa Indonesia yang bersahaja dan beradab dalam meningkatkan martabat dan citra bangsa Indonesia."
"Akselerasi kebudayaan menjadi instrumen dakwah untuk menjemput hidayah Allah SWT yang sangat membutuhkan dukungan seni dan budaya, sehingga agama mampu menembus kalbu dan kesadaran logis umat Islam sebagai soko guru dan ruh yang sangat penting bagi pembentukan dan pengembangan jati diri kebudayaan bangsa."
Kongres Kebudayaan ini ditutup secara resmi oleh Sekjen MUI Dr. Amirsyah Tambunan pada sore harinya.***