Jangan Salah Memaknai Puasa Ramadhan

Hikmah  
Makanlah secara sederhana, jangan berlebihan

Tak lama lagi Ramadhan tiba. Mari kita kenali empat kesalahan yang kerap kita jumpai pada masyarakat dalam memaknai puasa Ramadhan.

Keempat kesalahan tersebut kadang tak disadari karena ia sudah menjadi kebiasaan di tengah masyarakat. Padahal, meski tidak sampai membatalkan puasa, kesalahan itu bisa mengurangi nilai puasa kita. Jika tidak buru-buru kita perbaiki maka kita akan rugi.

Apa saja kesalahan tersebut? Mari kita bahas satu per satu.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Kesalahan pertama, puasa atau menahan diri dari makan dan minum serta “bergaul” dengan pasangan pada siang hari kerap dijadikan target utama, sedangkan amalan-amalan lain cenderung diabaikan. Celakanya, mereka merasa telah melewati Ramadhan secara sempurna hanya dengan menahan tiga hal tadi selama sebulan penuh.

BACA JUGA: 17 Keajaiban Ramadhan

Padahal, menahan ketiga hal tadi bukanlah hal terpenting selama Ramadhan. Rasulullah SAW sendiri mengingatkan dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Ath Thobroni, "Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya kecuali rasa lapar dan dahaga saja."

Puasa Ramadhan memang diwajibkan kepada setiap Muslim sesuai seruan Allah Ta'ala dalam al-Quran surah al-Baqarah [2] ayat 183. Namun, tak ada yang istimewa jika kita menjalankannya hanya untuk menggugurkan kewajiban saja. Apalagi puasa adalah ibadah yang ringan. Tak ada orang sehat yang menjadi sakit, apalagi sampai meninggal, gara-gara berpuasa.

Yang istimewa justru apabila kita mampu melakukan amalan-amalan lain sepanjang Ramadhan, seperti shalat malam, tilawah, zikir, zakat, sedekah, itiqaf, dan mengkaji ilmu. Allah Ta'ala telah menjanjikan pahal berlipat bila kita sanggup melaksanakan amalan-amal seperti itu di bulan Ramadhan.

BACA JUGA: Ayo Kita Berjalan, Jangan Tetap Diam

Kesalahan kedua, puasa dijadikan alasan untuk mengurangi aktivitas sehari-hari. Kebanyakan kita beranggapan rasa lapar bisa menjadi pemakluman kalau kinerja kita menurun. Akibatnya, waktu kita habis untuk tidur atau bersantai selama Ramadhan. Apalagi bila kita beranggapan bahwa tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah sesuai bunyi hadits yang dinyatakan lemah oleh banyak ulama dan disalah tafsirkan oleh kebanyakan masyarakat.

Padahal, Rasulullah SAW tidak mengajarkan kita untuk berleha-leha selama Ramadhan. Justru sebagian perang pada zaman Rasulullah SAW berlangsung pada bulan Ramadhan. Jadi hendaknya kita tetap produktif selama Ramadhan, apalagi dalam hal kebaikan. Insya Allah pahalanya pun akan berlipat.

Kesalahan ketiga, kebanyakan kita menjadikan saat berbuka puasa sebagai ajang balas dendam. Segala jenis makanan dan minuman yang enak kita sajikan. Setidaknya, lebih banyak dari biasanya. Lihatlah para penjual makanan selalu ramai dikunjungi menjelang berbuka. Masyarakat menjadi konsumtif. Padahal, Ramadhan adalah saat yang tepat untuk berhemat.

BACA JUGA: Ingin Selamat, Waspadai Tujuh Pintu Ini

Rasulullah SAW tentu tidak mencontohkan hal seperti itu. Dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan Abu Dawud, Anas bin Malik bercerita bahwa Rasulullah SAW biasa berbuka dengan ruthab (kurma basah). Jika tidak ada ruthab, beliau berbuka dengan tamr (kurma kering). Jika tidak ada juga, beliau meminum seteguk air.

Kesalahan keempat, adanya anggapan bahwa Ramadhan sebagai ajang latihan untuk menahan hawa nafsu. Seharusnya, tidak ada lagi latihan selama Ramadhan. Yang ada justru pertandingan. Ramadhan adalah saat berkompetisi dalam kebaikan.

Jadi, saat Ramadhan tiba, kita benar-benar harus all out (habis-habisan), bukan lagi coba-coba. Rugi kita jika masih menganggap Ramadhan sebagai ajang latihan sementara saat di luar Ramadhan justru kita tak pernah all out.

Wallahu a'lam

Penulis: Mahladi Murni

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Jaga Iman dengan Berbagi Renungan

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image