Kisah Dua Panglima Cerdik yang Berlaga di Ajnadain

Sejarah  

Setelah Kaisariah dikuasai, giliran Gaza yang dibebaskan oleh pasukan Muslim. Di Gaza juga ada pelabuhan yang berpotensi masuknya bantuan Romawi. Tertutupnya kedua akses laut ini menyebabkan pusat kekuatan Romawi hanya berada di tiga wilayah saja: Ajnadain, Baitul Maqdis, dan Ramalah.

'Amr mengutus Alqamah bin Hakim dan Masruq al-Akki beserta pasukannya bergerak ke Baitul Maqdis, sedang Abu Ayub al-Maliki ke Ramalah. 'Amr sendiri bergerak ke Ajnadain untuk menghadapi Atrabun.

Benteng Romawi di Ajnadain rupanya sangat kuat. 'Amr perlu menyusupkan sesorang yang bisa berpura-pura menjadi utusan pasukan Muslim guna membiacarakan kemungkinan berdamai dengan Atrabun sembari melihat di mana sisi lemah pertahanan Romawi. Namun, tak ada orang yang paling pas menjadi sang utusan tersebut kecuali 'Amr sendiri.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Maka, bertemulah dua panglima cerdik ini dalam satu ruangan. 'Amr berpura-pura menjadi utusan, sementara Atrabun sebetulnya sudah mulai mencurigai bahwa sang utusan tersebut adalah musuh yang paling ia cari. Namun, berkat kelicikan 'Amr, ia berhasil membuat Atrabun ragu dan melepas "sang utusan" ini kembali kepada pasukan Muslim.

BACA JUGA: Perang Yarmuk Pembuka Jalan Pembebasan Baitul Maqdis

Setelah 'Amr paham dengan situasi di dalam benteng, maka ia kembali menyusun strategi untuk menggempur sisi lemah musuhnya, lalu menyerbu Ajnadain habis-habisan sebagaimana dulu dilakukan oleh pasukan Muslim di Yarmuk.

Pertempuran sengit tak bisa dielakkan. Korban di kedua belah pihak banyak berjatuhan. Belum ditemukan data berapa lama pertempuran ini berlangsung. Namun, pasukan Muslim jauh lebih tabah. Apalagi pada saat bersamaan datang kabar kemenangan pasukan Abu Ubaydah dan Khalid bin Walid yang bertempur menghadapi pasukan Romawi di utara Syam. Kabar ini kian menambah semangat pasukan Muslim.

Pada suatu malam, Atrabun bersama pasukannya keluar dari Ajnadain, mundur ke arah Baitul Maqdis. Ia sengaja memilih Baitul Maqdis karena percaya bahwa benteng-benteng yang kokoh di sana akan mampu melindunginya dari serangan pasukan Muslim.

Setelah itu 'Amr bin Ash mengerahkan pasukannya yang berada di Ajnadain untuk mengepung Baitul Maqdis. Tak ada sedikit pun celah dibiarkan terbuka. Baitul Maqdis, yang terletak di wilayah pegunungan di sebelah selatan Palestina, benar-benar diisolasi oleh pasukan Muslim.

Arthabun, yang berada di dalam Baitul Maqdis, berkirim surat kepada 'Amr yang isinya, sebagaimana dikutip dari Buku Pintar Sejarah Islam karya Qasim A Ibrahim dan Muhammad A Saleh, "Engkau tak akan pernah bisa lagi menaklukkan wilayah mana pun di Palestina setelah Ajnadin."

'Amr kemudian mengirimkan sepucuk surat kepada Umar ibn Khaththab agar datang ke Syam untuk melihat sendiri situasi yang terjadi. "Sungguh, aku sedang menghadapi perang sengit dan negeri (Baitul Maqdis) yang memang telah dipersiapkan untuk engkau taklukkan sendiri. Bagaimana pendapatmu wahai Amirul Mukminin?"

Umar lalu memerintahkan seluruh panglima perang pasukan Muslimin, termasuk Abu Ubaidah dan Khalid bin Walid yang baru saja membebaskan wilayah Hims dari Romawi Timur, untuk berkumpul di suatu tempat di dekat Baitul Maqdis. Umar sendiri berencana datang ke tempat itu. Tempat tersebut bernama Jabiyah.

Dari tempat inilah keputusan akan dibuat. Inilah babak terakhir dari tahapan pembebasan Baitul Maqdis oleh pasukan Islam dibawah pimpinan Khalifah Umar bin Khaththab. Bagaimana kisah pembebasan itu sendiri, akan kita lanjutkan kisah ini pada artikel berikutnya. ***

Penulis: Mahladi Murni | www.mahladi.com

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Jaga Iman dengan Berbagi Renungan

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image