Umar Meminta Abu Ubaydah Agar Membebaskan Damaskus

Sejarah  

Setelah menerima surat ini maka bergeraklah pasukan Muslim menuju Damaskus, dan sebagian menuju Pella. Ada kisah menarik saat pasukan Muslim berada di Pella, sebagaimana dikisahkan oleh Sir Arnold yang dikutip dalam catatan kaki buku di atas. Menurutnya, ketika pasukan Islam tiba di lembah Yordania dan membuat markas di Pella (Fihl), penduduk Kristen setempat menulis surat kepada pasukan Arab-Islam. Surat tersebut berisi:

"Wahai Umat Islam, kami lebih menyukai kalian dari pada orang-orang Byzantium, meskipun agama kami sama dengan agama mereka. Kalian lebih bersikap lembut kepada kami, tidak menzalimi kami, dan memimpin kami dengan lebih baik. Tapi mereka memaksa kami mengikuti semua kemauan mereka, dan menjarah rumah-rumah kami."

Di kemudian hari, Pella akhirnya berhasil dibebaskan oleh kaum Muslim setelah mereka membebaskan Damaskus.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Kita kembali kepada pasukan Muslim yang bergerak menuju Damaskus dan masuk dari arah timur. Rupanya, menaklukkan Damaskus tak semudah yang diperkirakan. Damaskus dikelilingi benteng yang kokoh dengan ketinggian mencapai 6 meter dan beberapa pintu utama. Tak cukup itu, benteng kota dikelilingi oleh parit yang dalam dengan lebar 3 meter.

BACA JUGA: Mari Mengenal Kekaisaran Romawi Barat

Karena ketatnya penjagaan kota ini, pasukan kaum Muslim hanya bisa mengepung dan memblokade benteng dari luar. Pengepungan ini bahkan berlangsung berbulan-bulan, hingga pada suatu malam, intelijen tentara Muslim mengabarkan kalau di dalam benteng sedang berlangsung pesta.

Kesempatan ini digunakan oleh Khalid dan pasukannya untuk menyeberang parit dan memanjat tembok benteng menggunakan tangga-tangga yang panjang. Mereka berhasil menyerang penjaga pintu gerbang dan membuka lebar-lebar pintu tersebut. Setelah gerbang dibuka, masuklah pasukan Muslim ke dalam kota dan membunuh siapa saja yang mengajak berperang kepada mereka.

Kota Damaskus akhirnya bisa dikuasai oleh pasukan Muslim pada Rajab 14 H, atau 635 M. Setelah itu, sebagaimana diuraikan dalam buku Umar bin Khattab karya Muhammad Husain Haekal, para panglima perang Muslim seperti Abu 'Ubaidah, Khalid bin Walid, 'Amr bin 'Ash, Syurahbil bin Hasanah beserta pasukannya kembali ke Pella (Fihl) untuk membebaskan daerah tersebut.

Pella akhirnya berhasil ditaklukkan. Setelah itu pasukan Muslim melanjutkan ekspansi ke Tabariah dan Baisan, lalu berhenti di pintu gerbang Palestina. Ketika itulah, sesuai petunjuk Khalifah Umar bin Khaththab, Abu Ubaidah dan Khalid bin Walid pergi menuju Hims. Sedang 'Amr bin 'Ash dan Syurahbil tetap bertahan di pintu Baitul Maqdis.

Dalam kisah selanjutnya, pasukan Abu Ubaidah dan Khalid bin Walid berhasil membebaskan Hims, dan terus bergerak ke Hamat, Halab, hingga ke Anthiokia (daerah perbatasan Turki dan Suriah) di mana Kaisar Romawi Timur, Heraklius, berada.

Namun, saat mengetahui pasukan Muslim semakin banyak merebut wilayah kekuasaan Byzantium di Syam, ia memutuskan segera keluar dari Anthiokia di Suriah menuju Konstantinopel, ibukota Kekaisaran Byzantium yang sekarang berada di Turki.

Tatkala meninggalkan Suriah, Heraklius naik ke atas bukit dan berkata, "Selamat tinggal wahai Syiria (Suriah atau Syam). Aku tidak ingin kembali lagi kepadamu untuk selamanya."

Meskipun Heraklius sudah melarikan diri ke Konstantinopel, namun kisah pembebasan Masjid al-Aqsha di Baitul Maqdis belum selesai. Sebab, bersamaan dengan kemenangan pasukan Abu Ubaidah atas beberapa wilayah penting di Syam, pasukan Muslim dibawah pimpinan 'Amr bin al-"Ash, sedang bergerak menuju Baitul Maqdis.

Lalu bagaimana mereka membebaskan kiblat pertama umat Islam ini? Kita akan kupas pada artikel selanjutnya. ***

Penulis: Mahladi Murni

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Jaga Iman dengan Berbagi Renungan

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image