Tidak Ada Humanity Dalam Penyimpangan LGBT
Ingatkah pada ungkapan "Sejarah pasti terulang"? Untuk kasus LGBT, ungkapan ini boleh jadi benar. Namun, dengan waktu yang berbeda dan tokoh yang tak sama.
Jika kita membaca sejarah, kita akan tahu bahwa penyimpangan yang dilakukan kaum homo sudah ada sejak jauh sebelum kita lahir di muka bumi.
Sejarah mencatat bagaimana Allah Ta'ala murka kepada kaum yang menyimpang ini, melaknat, dan menghukum mereka. Allah Ta'ala bahkan membuat satu kaum yang menyimpang ini binasa dengan menurunkan azab yang dahsyat luar biasa.
Allah Ta'ala berfirman, "Dan Kami hujani mereka dengan hujan (batu). Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang berbuat dosa itu," (Al A'raf [7]: 84).
BACA JUGA: Haji Wada' Zainuddin
Siapakah mereka yang dilaknat dalam ayat tersebut? Mereka tak lain adalah kaum Nabi Luth AS. Mereka diazab karena berperilaku seks menyimpang. Mereka menyukai sesama jenis. Allah Ta'ala murka kepada mereka. Allah Ta'ala kirimkan hujan batu dari langit dan menjungkirbalikkan kota itu.
Di zaman sekarang ini kita perhatikan kaum yang menyimpang ini justru tumbuh subur. Mereka sebenarnya tahu kalau perbuatan mereka terlaknat. Ulama sudah banyak yang memberitahu tentang itu.
Namun mereka seakan buta dan tuli. Bahkan mereka secara terang-terangan mempertontonkan penyimpangan perilaku seksual. Tapi, apakah mereka dihakimi? Tidak. Mereka seakan dilindungi oleh orang-orang yang pro terhadap mereka.
Mereka beranggapan bahwa perasaan suka kepada sesama jenis adalah hak asasi manusia. Padahal itu penyimpangan. Tidak ada kemanusiaan dalam perkara penyimpangan.
BACA JUGA: Saatnya Berhenti Merokok
Mereka mengatakan bahwa cinta itu suci. Cinta adalah fitrah dari Tuhan dan siapa pun berhak mendapatkannya. Benar sekali! Hanya saja, ketika mereka memaknai bahwa cinta itu suci dan mulia, seharusnya mereka sadar bahwa rasa cinta tidak bisa kita berikan kepada siapapun yang Allah Ta'ala membencinya.
Semoga kisah Nabi Luth tidak pernah terulang lagi. Semoga mereka segera mendapatkan hidayah. Tidak terbayang bagaimana murkanya Allah Ta'ala dan begitu pedih azab yang akan menimpa mereka kelak jika mereka tak segera menghentikan penyimpangan itu.
Semoga kita selalu diberikan petunjuk untuk selalu istiqomah dijalan-Nya. Aamiin. ***
Penulis: Pipit Aisyah | mahasiswi STID M Natsir, Jakarta.