Hikmah

Haji Wada’ Zainuddin

Makkah saat musim haji.

Menjelang musim haji tahun ini, saya teringat dengan Zainuddin Alim Amir, yang berangkat haji tahun 2017. Beliau biasa disapa Pak Zai. Usianya sudah tidak muda lagi. Saya tebak, mungkin sudah lebih dari 60 tahun.

Ketika bermalam di Mina, saya dan Zainuddin tidur dalam satu tenda besar, berdesak-desakan dengan sekitar 300 jamaah lainnya. Tempat tidur saya dan dia hanya berjarak beberapa meter saja.

Namun, saya tak pernah punya kesempatan ngobrol panjang dengan dia. Kami lebih banyak larut dalam ibadah masing-masing. Ketika bepapasan, kami hanya saling melempar senyum. Namun itu sudah cukup untuk merekatkan hati kami.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Yang saya ingat tentang pria asal Kupang, Nusa Tenggara Timur, ini adalah kopiahnya yang berwarna merah. Di mata saya, ia tampak berbeda dengan kopiah itu.

BACA JUGA: Saat Seorang Ayah Harus Kehilangan Putra Kesayangannya

Suatu malam, saya dan Zainuddin baru kembali ke hotel setelah lima hari bermalam di Mina. Kami tak langsung melaksanakan tawaf ifadhah sebagai penutup dari rangkaian ibadah haji. Sebab, selain badan terasa amat lelah, waktu juga sudah beranjak malam. Saya memutuskan untuk melaksanakan tawaf ifadah sebelum subuh keesokan harinya. Entah bagaimana dengan Zainuddin.

Sebelum azan subuh berkumandang, saya sudah berjalan mengelilingi Ka'bah, berputar sebanyak tujuh kali, bersama jutaan jamaah dari berbagai negara. Entah ada di mana Zainuddin ketika itu.

Usai tawaf, saya shalat dua rakat. Sehabis shalat subuh saya melanjutkan sa'i, berlari-lari kecil dari bukit Safa ke bukit Marwah. Terasa amat melelahkah. Namun rasa letih ini belumlah seberapa bila dibanding rasa letih ibunda Hajar saat berlari-lari mencari air untuk bayi mungilnya, Ismail.

Alhamdulillah, sebelum waktu Dzuhur tiba, seluruh rangkaian ibadah haji sudah selesai saya sempurnakan. Entah bagaimana dengan Zainuddin.

Menjelang sore, saya baru menerima khabar tentang Zainuddin. Rupanya, saat akan menyelesaikan sa’i, Allah Ta'ala memanggilnya. Innalillahi wa innailaihi rojiun. Sebuah kematian yang indah. Sebuah akhir yang sempurna.

BACA JUGA: Saatnya Berhenti Merokok

Zainuddin adalah seorang mualaf. Pria yang menurut rekan-rekannya jarang mengeluh ini telah berhijrah dari agamanya yang lama kepada kebenaran Islam. Rasulullah SAW menggaransi bahwa hijrahnya seseorang kepada Islam akan menghapus dosa-dosa yang telah lalu.

Zainuddin juga telah menyelesaikan ibadah hajinya dengan baik. Ia telah menuntaskan tawaf ifadhah-nya. Rasulullah SAW menggaransi bahwa siapa pun yang telah menyelesaikan ibadah haji dengan baik maka baginya ampunan dari segala dosa.

Saya benar-benar iri dengan Zainuddin. Dengan keutamaan ibadah haji dan rahmat Allah Ta'ala bagi kaum mualaf, Zainuddin telah menjelma menjadi bayi yang baru lahir. Putih tanpa dosa. Dan, dalam keadaan seperti itu, ia menghadap Sang Khaliq.

Lalu, bagaimana dengan kita? Semoga semua jamaah yang berangkat ke Masjidi Haram sebagaimana Zainuddin lima tahun lalu, juga dikaruniai haji mabrur. Aamiiin ya Rabb. ***

Penulis: Mahladi Murni

Berita Terkait

Image

Hidayatullah Akan Buka Usaha Travel Haji dan Umrah

Image

Hidayatullah Tetapkan Idul Adha Kamis, Sama dengan Pemerintah

Image

Dirgahayu RI ke-77, Sahabat Anak Indonesia Mengajak Untuk Ceria

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Jaga Iman dengan Berbagi Renungan