Matematika Allah
Sejak duduk di bangku sekolah, kita sudah diajarkan ilmu logika. Mungkin kita masih ingat pelajaran “jika” dan “maka”, atau “sebab” dan “akibat”.
Ilmu logika bahkan juga dipakai sebagai salah satu instrumen dalam mempelajari ilmu fiqih. Ada beberapa masalah kekinian yang tak dijumpai pada masa Rasulullah SAW dahulu dan harus ditentukan hukumnya. Para ulama kemudian membuat perbandingan dengan menggunakan metode “jika” dan “maka”.
Namun, logika manusia tak selamanya harus dikedepankan dalam menyikapi sebuah fenomena. Sebab, adakalanya matematika Allah Ta'ala berbeda dengan logika manusia. Nah, dalam kondisi bertentangan seperti ini, tentu saja matematika Allah Ta'ala pasti benar dan logika manusia salah.
Fenomena sedekah, misalnya. Dalam logika manusia, sedekah akan mengurangi isi dompet. Semakin sering bersedekah, semakin terkuras pundi-pundi uang.
BACA JUGA: Hati yang Terkunci
Namun, matematika Allah Ta'ala tidak begitu. Rasulullah SAW dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Tirmizi, menyatakan, “Tidak akan berkurang harta yang disedekahkan, bahkan akan bertambah, akan bertambah, dan akan bertambah.” Ali bin Abi Thalib RA juga berkata, “Pancinglah rezeki dengan bersedekah.”
Contoh lain, logika tentang banyaknya anak dan banyaknya rezeki. Manusia beranggapan, banyak anak akan mengurangi rezeki. Alasannya, menghidupi tiga anak tentu lebih berbiaya ketimbang menghidupi satu anak saja.
Matematika Allah Ta'ala ternyata tidak seperti itu. Setiap anak, menurut Islam, memiliki rezekinya masing-masing. Jangankan manusia, binatang pun telah dijamin rezekinya oleh Allah Ta'ala. Dalam al-Qur'an disebutkan, "Dan tidak ada satu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberikan rezekinya ,” (Hud [11]: 6). Jadi, banyak anak justru banyak rezekinya.
BACA JUGA: Pulang Kampung
Dulu, ada seorang politikus di Jakarta yang mengemukakan bahwa pejabat yang beristeri banyak cenderung melakukan korupsi. Alasannya, semakin banyak isteri maka semakin banyak kebutuhan hidup. Jika kemampuan terbatas sementara kebutuhan kian bertambah, menurut sang politikus, seseorang akan terjerumus melakukan tindakan tercela.
Logika manusia seperti ini tentu saja keliru. Poligami ia dijadikan kambing hitam atas tindakan korupsi. Akibatnya, seseorang akan merasa takut berpoligami dengan logika seperti ini. Padahal, Allah Ta'ala saja tak pernah menakut-nakuti hamba-Nya untuk berpoligami. Bahkan, Allah Ta'ala menganjurkan untuk menikahi satu, dua, atau tiga wanita bila mampu bersikap adil. Begitu juga Rasulullah SAW, dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Dailami, mengatakan, "Carilah rezeki lewat jalan menikah."
Nah, agar manusia mengetahui fenomena apa saja yang harus didekati dengan matematika Allah Ta'ala dan bukan logika manusia maka manusia harus berilmu. Jika tidak, manusia akan terjerumus ke dalam sikap sombong, merasa diri paling pintar, dan mengesampingkan Allah Ta'ala.
Wallahu a'lam
Penulis: Mahladi Murni