Tetangga Adalah Tangga Menuju Surga
Tetangga adalah orang-orang yang tinggal dekat dengan kita. Mereka orang-orang pertama yang bisa membantu kita manakala kita sedang kesulitan.
Namun dalam Islam, hubungan antar tetangga bukan sekadar masalah sosial dan kemanusiaan. Lebih dari itu, hubungan antar tetangga menentukan layak tidaknya seseorang Muslim menyandang predikat beriman.
Ada beberapa Hadits yang disampaikan oleh Rasulullah SAW tentang ini. Salah satunya adalah, "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia menghormati tetangganya," (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Hadits yang lain, Rasulullah SAW berkata, "Belum sempurna iman seseorang bila tetangganya tidak merasa aman dari gangguan ucapan dan perbuatannya," (Muttafaq Alaih).
Bahkan, sikap kita kepada tetangga tak sekadar menjadi bukti keimanan kita kepada Allah Ta'ala, juga sebagai tiket kita menuju surga. Rasulullah SAW berpesan, "Demi yang menguasai diriku, tidak akan masuk surga orang yang tetangganya tidak merasa aman dari gangguannya," (Riwayat Bukhari dan Muslim).
Jelaslah bahwa kita harus berbuat baik kepada tetangga. Jangan sungkan berbagi kepada mereka bila kita memiliki kelebihan. Sebab, pesan Rasulullah SAW, "Janganlah seseorang merasa hina untuk memberi sesuatu kepada tetangganya, sekalipun hanya berupa kikil kambing (sesuatu yang tidak berharga)," (Riwayat Bukhari Muslim).
Pada kesempatan lain, Rasulullah SAW juga berpesan, "Dianjurkan agar sekali-kali mengirimkan kepada tetangga sesuatu yang kita masak, walaupun hanya berupa kuahnya," (Riwayat Bukhari).
Lalu, bagaimana jika tetangga bersikap jahat kepada kita? Apa yang harus kita lakukan? Rasulullah SAW berpesan agar kita bersikap sabar dan berdoa agar tetangga tersebut mendapat taufik dari Allah Ta'ala.
Rasulullah SAW berkata, "Ada tiga golongan yang dicintai Allah. (Salah satunya adalah) seseorang yang memiliki tetangga yang senantiasa menyakitinya, namun dia bersabar menghadapi gangguan tersebut hingga kematian atau perpisahan memisahkan keduanya," (Riwayat Ahmad).
Wallahu a'lam.
Penulis: Mahladi Murni