Yakinlah, Jangan Sekadar Tahu, Agar Kita Selamat!
Biasanya, jika seseorang tahu akan suatu hal, maka ia akan yakin dengan hal tersebut. Jika ia tidak yakin, maka ia tak akan berani mengaku kalau ia sudah tahu.
Contoh sederhana, kita tahu bahwa gajah itu hewan yang memiliki belalai. Itu berarti, kita yakin bahwa gajah memang berbelalai. Kalau kita tidak yakin, pastilah kita akan menggelengkan kepala ketika ditanya, "Apakah gajah memiliki belalai?"
Namun, hal seperti ini tidak sepenuhnya berlaku bagi sesuatu yang ghaib. Sebagian dari kita, ketika ditanya apakah tahu bahwa Allah itu ada, maka kita akan menjawab ya. Padahal, boleh jadi kita belum benar-benar yakin tentang hal itu. Kita hanya sebatas tahu saja.
Tentang iman, misalnya, kita tahu --bahkan mungkin hafal-- definisi iman sebagaimana dialog antara Malaikat Jibril dengan Rasulullah SAW berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Muslim. "Wahai Muhammad," kata Malaikat Jibril, "Beri tahu kepadaku tentang iman!"
Rasulullah SAW menjawab, "Engkau beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-Nya, utusan-Nya, hari akhir, dan engkau beriman pada takdir Allah yang baik maupun yang buruk." Itulah enam perkara rukum iman yang telah diajarkan kepada kita sejak kecil.
Begitu juga tentang dua tempat yang disediakan oleh Allah Ta'ala untuk manusia setelah hari kiamat, yakni surga dan neraka, kita tentu tahu. Bahkan kita tahu kesenangan apa yang akan kita terima manakala kita dimasukkan ke dalam surga, dan kesengsaraan apa yang akan melanda kita jika dimasukkan ke dalam neraka.