Ilmu Kauniyah dan Ilmu Qauliyah
Jika kita perhatikan daftar mata pelajaran pada sekolah tingkat dasar hingga atas selalu ada "agama" pada salah satu mata pelajarannya. Mata pelajaran ini biasanya ditempatkan paling atas. Di mata pelajaran ini, murid-murid akan diajarkan ilmu-ilmu tentang tata cara beribadah, fiqh, siroh, beberapa ayat al-Qur'an, Hadits, dan sebagainya.
Selain mata pelajaran agama, tentu ada juga mata pelajaran yang lain. Ada Bahasa Indonesia, matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Kesenian, Keterampilan, dan sebagainya.
Pembagian mata pelajaran seperti ini menyebabkan orang-orang lantas membagi ilmu menjadi dua. Ada ilmu-ilmu umum, ada pula ilmu-ilmu agama. Ilmu umum, kata mereka, adalah ilmu-ilmu di luar agama. Sedang ilmu agama, ya itu tadi: ibadah, fiqh, al-Qur'an, Hadits, dan sebagainya.
Pembagian ilmu seperti ini, menurut pandangan umum (awam), tentu lumrah saja. Bahkan, patut disyukuri. Sebab, ilmu agama masih diajarkan di sekolah-sekolah umum. Kalau agama sudah dicabut dari sekolah-sekolah umum, maka musibah bagi pendidikan di negara ini.
Kebijakan pembagian ilmu umum dan agama ini berimbas pula pada kewajiban berbusana Muslim bagi para pelajar dan guru-guru sekolah yang beragama Islam setiap hari Jumat. Sebenarnya, ini juga patut kita apresiasi. Sebab, para pelajar --terutama siswi-- sudah dikenalkan dengan busana yang seharusnya mereka kenakan. Siapa tahu, dengan begitu, hidayah turun kepada mereka, lalu mereka terus mengenakan jilbab di luar hari Jum'at.
Namun, jika tak berhati-hati, pembagian ilmu seperti ini bisa menyebabkan kita salah persepsi. Urusan dunia dan urusan akhirat dianggap dua bab yang berbeda. Padahal, tidak seperti itu. Justru urusan akhirat amat ditentukan oleh urusan dunia. Keduanya tak bisa dipisahkan.
Memisahkan antara urusan dunia dan akhirat menjadi ciri kaum liberalisme. Menurut mereka, agama hanya ada di masjid atau tempat-tempat pribadi. Di luar itu, agama tak boleh ikut campur. Padahal, Islam mengatur hidup manusia di mana pun ia berada, mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi.
Tentang ilmu, Islam memang membaginya menjadi dua, tapi bukan ilmu agama dan ilmu umum. Islam mengenal dua jenis ilmu, yakni qauliyah dan kauniyah.
Ayat qauliyah adalah ilmu-ilmu Allah Ta'ala dalam bentuk wahyu-Nya yang terdapat dalam al-Qur'an. Di dalam al-Qur'an surat Asy-Syura [42] ayat 51, Allah Ta'ala berfirman, "Dan tidaklah patut bagi seorang manusia bahwa Allah akan berbicara kepadanya kecuali dengan perantaraan wahyu atau dari belakang tabir atau dengan mengutus utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan izin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sungguh, Dia Maha Tinggi, Maha Bijaksana."
Adapun ayat kauniyah berarti ilmu Allah Ta'ala yang berupa alam semesta dengan seluruh hukum yang menyertainya. Tentang hal ini, Allah Ta'ala berfirman dalam al-Qur'an surat Ar Ra'd [13] ayat 3. "Dan Dia yang menghamparkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai di atasnya. Dan padanya Dia menjadikan semua buah-buahan berpasang-pasangan; Dia menutupkan malam kepada siang. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berpikir."
Dalam ayat 4 surat yang sama, Allah Ta'ala berfirman, "Dan di bumi terdapat bagian-bagian yang berdampingan, kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman, pohon kurma yang bercabang, dan yang tidak bercabang; disirami dengan air yang sama, tetapi Kami lebihkan tanaman yang satu dari yang lainnya dalam hal rasanya. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mengerti."
Dengan demikian, seluruh fenomena di alam ini, termasuk benda, kejadian, peristiwa, yang ada di sekeliling manusia, disebut ilmu kauniyah. Ilmu-ilmu biologi, fisika, kimia, komputer, dan lain-lain, termasuk dalam kelompok ilmu ini.
Jadi, semua ilmu, baik qauliyah maupun kauniyah, adalah ilmu Allah Ta'ala. Jika kita bandingkan antara ilmu Allah Ta'ala dengan ilmu mahluk-Nya, maka amat tak sebanding. "Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Rabbku ...," firman Allah Ta'ala dalam al-Qur'an surat al-Kahfi [18] ayat109, "... sungguh habislah lautan itu sebelum kalimat-kalimat Rabbku habis (ditulis), meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)."
Dalam ayat yang lain Allah Ta'ala berfirman, "Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya kalimat Allah tidak akan habis ditulis," (Luqman [31]:27).
Jika ilmu-ilmu tersebut kita pelajari secara benar maka seyogyanya akan mengantar kita lebih dekat kepada-Nya. Namun, jika kita salah memaknainya, maka ilmu-ilmu tersebut tak akan berpengaruh apa-apa pada keimanan kita.
Wallahu a'lam.
Penulis: Mahladi Murni