Lima Tantangan Anak Muda di Tahun 2023

Ulasan  
Pemuda harus mau merasakan sakit dalam berjuang. Itu akan membuat dirinya kuat.

Saat kita punya alasan untuk mengeluh dan menyalahkan orang lain atas situasi yang terjadi, namun kita lebih memilih untuk melihat diri, mengevaluasi diri, dan mengubah internal kita, maka percayalah, kesempatan yang lebih besar akan datang menghampiri kita. Sebab, kunci datangnya kesempatan adalah kesiapan.

Berbicara tantangan skala makro di tahun 2023 dari segala sisi memang baik. Namun, kita tak boleh melupakan skala mikro, yakni tantangan bagi anak muda di tahun 2023, baik dari sisi ekonomi, politik, kesehatan mental, maupun kesiapan untuk ikut berperan atau berkontribusi.

Tentang hal ini, setidaknya ada lima tantangan bagi anak muda di tahun 2023. Berikut uraiannya:

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

1. Duri dalam daging.

Ketika kita dijatuhkan oleh orang lain, yang lebih berat bukanlah dijatuhkan oleh orang-orang yang jauh dari kita, namun oleh orang-orang terdekat kita, baik keluarga, sahabat, maupun rekan kerja.

Coba renungkan bila kita bertemu dengan orang yang belum kita kenal, kemudian ia mengolok-olok kita, meragukan cita-cita kita, mempertanyakan hal-hal yang tidak penting untuk dipertanyakan tentang diri kita. Misalnya "Kerja dimana? Kapan lulus? Berapa pendapatanmua sebulan?"

Semua itu sebenarnya tak akan berarti apa-apa bila dibanding orang yang mempertanyakan hal tersebut adalah orang terdekat dengan kita, terutama keluarga kita sendiri. Misal, orang tua kita sudah mulai tidak yakin dengan cita-cita dan impian kita. Mereka mulai berbeda pandangan terkait masa depan kita. Hal itu yang justru dapat membuat mental kita down.

Inilah tantangan duri dalam daging. Tantangan ini mutlak kita hadapi. Caranya dengan memperbesar keyakinan tentang apa yang sedang kita kerjakan, kita perjuangkan, dan kita bangun.

BACA JUGA: Langkah Pemuda Harus Melampaui Masa Depan

Jangan pernah mau mencari motivasi dan validasi dari luar. Sebab, berbagai ketidakpastian dan perkatan orang lain justru akan membuat kita tidak yakin dengan target dan gol yang mungkin belum ada orang lain yang melakukannya. Yang perlu disadari adalah bahwa pasti akan ada pemenang baru di balik masa krisis!

Jika memang tahun ini atau kondisi seperti ini sedang kita hadapi, pastikan bahwa Anda setidaknya mampu bertahan. Poin plusnya, Anda bisa menjadi pemenang dengan terobosan ide, aksi, dan kebiasaan baru kita di tahun ini.

2. To much information

Seiring berkembangnya teknologi dan informasi, tak bisa dipungkiri kita harus memiliki critical thinking yang tinggi untuk menghadapi persoalan atau menanggapi sebuah isu dan informasi.

Jangan sampai banyaknya informasi tanpa didukung oleh critical thinking yang memadai menjadikan kita manusia yes man atau people pleasure. Artinya, semua hal diikuti dan dibenarkan tanpa memfilter terlebih dahulu baik dan buruknya.

Jadi, beralihlah menjadi masusia yang produktif dan sibuk di tahun 2023 ini.

3. Makin dimanjakan dengan yang serba instan

Bukan berarti yang instant itu sepenuhnya negatif. Namun, ketika kita kurang menghargai proses, menikmati proses, merasakan sakit dalam berjuang, maka yang akan terjadi adalah easy come, easy go, cepat mendapatkan dan cepat juga meninggalkan.

Misal, penggunaan teknologi dalam dunia pendidikan yang sangat membantu mengerjakan tugas. Hal ini telah menjadi kebiasan semua orang. Namun, sisi buruknya, mereka tidak merasakan lelahnya berjuang dan berusaha.

Percayalah, hal seperti ini akan menjadikan generasi kita "tahu banyak, tapi tidak dalam." Dari luar terlihat indah, dari jauh terlihat kuat, namun kita tak dapat mengatasi ketika mendapati sedikit tekanan, baik tekanan hidup, cobaan, maupun tantangan dari orang-orang di sekitar kita. Akhirnya kita menjadi generasi lemah.

4. Ego

Ego tidak memiliki wujud. Namun, pengaruhnya sangat dirasakan. Hal yang dibutuhlan agar bisa mengendalikan ego adalah sikap kerendahan hati, sehungga kita akan mampu mengatakan bahwa, "Ini ego yang bermain, bukan kesadaran."

BACA JUGA: Emansipasi Memaksakan Posisi Wanita dan Lelaki Setara

Ego sangatlah penting. Keberadaannya adalah sebuah keniscayaan pada diri manusia. Orang hebat pasti egonya besar, karena ego itu bia membuat kita go big and go home yaitu sukses yang sesukses-suksesnya atau hanacur yang sehancur-hancurnya.

Pastikan bahwa ego itu harus dikendalikan, bukan ego yang mengendalikan kita. Ketahuilah bahwa bukan orang tua, guru, atau pasangan yang mampu mengendalikan ego kita, namun diri kita sendirilah yang bisa melakukannya.

5. Malas dan baperan

Segala kemudahan dan kecepatan seringkali membuat kita malas. Critical thinking yang rendah juga membuat kita tidak bisa menyeimbangkan antara logika dan perasaan.

Alhasil, yang harus dikerjakam malah ditunda-tunda dan yang tidak harus dikerjakan malah dikerjakan. Kita malas bergerak dan rapuh terhadap perasaan kita sendiri. Akhirnya, kita akan gampang dibohongi, dimanipulasi, yang baik jadi buruk, dan lain-lain. Di sinilah pentingnya kita menjaga kesehatan mental diri kita sendiri.

Wallahu a'lam. ***

Penulis: Khoirina | mahasaiswi STID M Natsir, Jakarta

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Jaga Iman dengan Berbagi Renungan

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image