Pamit Mundur Ketika Pesta Baru Akan Dimulai

Ulasan  

Sebetulnya, dalam surat tersebut, tak ada kata "pamit" atau "mundur" atau "berhenti". Yang ada justru kata-kata yang menyiratkan bahwa perjalanan terus berlanjut, misalnya kata "transformasi, langkah kanan," dan "rencana perjalanan." Bahkan, ada pula kalimat, "Ini bukan perpisahan."

Surat resmi yang dikeluarkan oleh menejemen Republika.

Ya, meskipun Koran Republika berhenti terbit sejak awal 2023, bukan berarti mereka berhenti menyapa pembacanya. Mereka tidak bubar, hanya "ganti baju", dari semula cetak menjadi online.

Namun, apa pun itu, hilangnya Koran Republika telah menambah deretan fakta bahwa menerbitkan media cetak semakin tak mudah. Terlebih di era teknologi informasi yang kian berkembang seperti sekarang ini. Ongkos produksi terlalu tinggi.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Tingginya biaya produksi ini dipicu oleh harga kertas yang meroket, sementara bahan baku kertas mulai langka. Bahkan, saat ini, bahan baku kertas diperoleh dari daur ulang kertas-kertas bekas yang sudah tak terpakai. Tragisnya, menurut sejumlah praktisi percetakan, itu pun sulit didapat. Akibatnya, banyak mesin cetak yang menganggur karena kesulitan bahan baku.

Belum lagi biaya distribusi yang jelas tidak murah. Untuk wilayah timur dan barat, lembar-lembar koran ini harus diantar dengan pesawat udara. Jika diantar lewat darat atau laut, bisa-bisa koran hari ini akan dibaca pekan depan.

Di awal tahun 2000-an, sebelum teknologi internet berkembang pesat seperti sekarang, Koran Republika sudah kesulitan biaya cetak. Untunglah Erick Thohir, dengan kelompok Mahaka-nya, datang memberi suntikan dana meskipun lama kelamaan kepemilikan saham terbesar koran ini bergeser dari ICMI kepada Mahaka.

Ala kulli hal, langkah yang diambil Republika sudah tepat. Transformasi adalah keniscayaan. Sebab, teknologi informasi akan terus bergerak maju. Siapa yang tak mampu menyesuaikan diri maka ia akan tergilas.

BACA JUGA: Berita Tentang Anak dan Etika yang Dilanggar

Saya teringat dengan perkataan pakar Teknologi Informasi sekaligus Wakil Ketua Komisi Infokom MUI Pusat, Ismail Fahmi, dalam suatu obrolan akhir September 2022. Begini kira-kira perkataannya:

"Apa alasan kita harus mempertahankan media cetak? Apakah karena kita suka dengan fisik produknya, atau isinya? Kalau kita suka dengan fisik produknya maka saya terpaksa harus mengatakan itu keliru. Sebab, media cetak akan mati. Tapi kalau kita suka pada isinya maka gantilah fisiknya dengan online. Sebab, media online akan segera menggeser media cetak."

Jadi, tak perlu khawatir bila Anda mendapati koran menjadi langka di atas commuter line (KRL). Sebab, ia tidak hilang, hanya bertransformasi menjadi digital. Dan, Republika tetap bisa ikut meramaikan pesta demokrasi meski dengan baju yang berbeda.

Wallahu a'lam. ***

Penulis: Mahladi Murni | Anggota Sidang Redaksi Hidayatullah Media dan Wakil Sekretaris Komisi Infokom MUI Pusat

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Jaga Iman dengan Berbagi Renungan

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image