Mari Mengenal Keong
KEONG, Anda pasti sudah sering melihat fauna yang satu ini. Hewan yang selalu membawa "rumahnya" ke mana pun ia pergi ini biasanya sering muncul di musim hujan. Maklum, ia suka tinggal di tempat-tempat yang lembab seperti di kebun atau taman depan rumah.
Bila malam hari hujan cukup lama, maka keesokan harinya coba lihat di halaman depan rumah Anda. Kemungkinan besar Anda akan menemukan hewan ini. Apalagi jika halaman depan rumah Anda banyak tanamam.
Munculnya keong di halaman depan bisa juga menjadi penanda bahwa kelembaban di lingkungan tersebut tinggi, tempatnya teduh, banyak tanaman basah, dan yang lebih penting lingkungan tersebut bebas polusi zat kimia seperti diterjen dan minyak.
Di beberapa daerah, hewan ini disebut dengan nama berbeda-beda. Di Jawa Barat, misalnya, masyarakat setempat menyebutnya keong racun. Sedang di Jawa Tengah dan Timur, orang menyebutnya bekicot atau siput.
BACA JUGA: Mari Jelajahi Portugal Negara Para Pelaut Handal
Keong bergerak dengan kontraksi otot. Karena itu ia terlihat seperti bergerak sendiri saat berjalan. Namun, pergerakannya amat lambat. Wajar jika masyarakat kerap memberi perumpamaan kepada orang yang malas bergerak seperti "keong".
Karena kontraksi otot inilah keong kerap mengeluarkan lendir. Fungsi lendir ini untuk melindungi tubuhnya agar tidak terluka saat bergerak di tanah.
Pada bagian kepala keong terdapat dua tentakel, panjang dan pendek. Tentakel panjang berungsi untuk membedakan gelap dan terang sedangkan tentakel panjang untuk membedakan bau.
Keong merupakan hewan lunak (mollusca) avertebrata. Artinya tidak memiliki tulang belakang. Namun, tubuhnya dilindungi oleh cangkang yang kuat dan menyerupai spiral. Cangkang tersebut terbuat dari bahan kapur dan berfungsi sebagai pelindung sekaligus pertukaran udara untuk pernafasan.
Makanan keong adalah daun-daunan atau buah-buahan basah segar atau yang setengah membusuk. ***
Penulis: Mahladi Murni