Rahasia Angka Satu dan Angka Nol
Pernahkah Anda melihat orang yang menunjukkan posisi tangan dengan jari telunjuk mengarah ke langit sedang jemari lainnya terkepal? Ya, orang tersebut tengah memperlihatkan angka satu.
Ada pula orang yang memposisikan ujung jari telunjuk menyentuh ujung jari jempol, sedang jari lainnya terbuka. Formasi jari telunjuk dan jari jempolnya membentuk bulatan. Ya, itulah angka nol.
Sebetulnya, angka nol tak ada artinya. Ia sama dengan tiada. Meskipun Anda menulis sederet angka nol pada sebuah kertas hingga memenuhi satu baris, tetap saja ia sama dengan tiada.
Deeretan angka nol tadi, baru akan bernilai jika ada angka 1 terselip di antaranya. Jika angka satu tersebut ditaruh di deretan paling ujung dari angka nol tadi maka nilainya hanya 1. Jika bergeser satu kali ke kiri, maka nilainya menjadi sepuluh. Semakin bergeser ke kiri, semakin besarlah nilai deretan angka nol tadi. Seratus, seribu, sepuluh ribu, seratus ribu, sejuta, dan seterusnya.
Itu berarti, nilai deretan angka nol tadi amat tergantung pada di mana letak angka 1 berada. Semakin kita geser, semakin besar nilainya.
Jika kita renungkan, deretan angka nol tadi sama seperti harta yang kita kumpulkan atau amal yang kita lakukan. Sedangkan angka satu adalah tauhid, nilai yang akan membungkus harta dan amal tadi.
Semakin banyak harta yang kita kumpulkan, atau semakin banyak amal yang kita lakukan, tak akan bernilai apa-apa jika tak dibungkus oleh tauhid. Harta tersebut tak menambah pahala apa pun untuk kita. Ia hanyalah bekal di dunia, tapi tidak menjadi bekal di akhirat.
Sedang amal yang tanpa didasarkan oleh tauhid, ia hanya bermanfaat di dunia, namun tak memberi manfaat untuk kita di akhirat. Bahkan boleh jadi kita tertipu olehnya. Kita menyangka telah banyak berbuat, namun ternyata di mata Allah Ta'ala ia tak berarti apa-apa.
Yang lebih mengenaskan manakala keburukan yang kita lakukan justru malah menggerus seluruh kebaikan yang kita kumpulkan. Dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, Rasulullah SAW bertanya pada para Sahabat, “Tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut itu?”
Para sahabat menjawab, “Orang yang bangkrut di kalangan kami adalah orang yang tidak memiliki dirham dan tidak pula memiliki barang.”
Rasulullah SAW lalu bersabda, “Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala shalat, puasa, dan zakat. Namun ia juga datang dengan membawa dosa kezaliman. Ia pernah mencerca si ini, menuduh tanpa bukti terhadap si itu, memakan harta si anu, menumpahkan darah orang ini dan memukul orang itu. Maka sebagai tebusan atas kezaliman tersebut, diberikanlah di antara kebaikannya kepada si ini, si anu, dan si itu, hingga apabila kebaikannya telah habis sementara belum semua kezalimannya tertebus, diambillah kejelekan yang dimiliki oleh orang-orang yang telah dizaliminya, lalu ditimpakan kepadanya. Setelah itu ia dicampakkan ke dalam neraka.”
Semoga kita termasuk orang-orang yang mampu membungkus angka-angka nol yang telah kita kumpulkan dengan angka 1 sehingga bernilai di mata Allah Ta'ala, lalu mempertahankannya agar tidak tergerus, apalagi bangkrut.
Wallahu a'lam
Penulis: Mahladi Murni