Untunglah Allah Maha Pengampun
Awalnya, amanah itu ditawarkan kepada langit. Namun, langit menolaknya. Kemudian, amanah itu ditawarkan kepada bumi. Tapi bumi juga menolaknya. Lalu giliran gunung-gunung yang ditawarkan amanah tersebut. Lagi-lagi, mereka semua tak mau menerimanya.
Kisah tentang penolakan ini difirmankan oleh Allah Ta'ala dalam al-Qur'an surat al-Ahzab [33] ayat 72, "Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanah kepada langit, bumi, dan gunung-gunung; tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu ..."
Mengapa mereka semua menolak? Dalam lanjutan ayat tersebut Allah Ta'ala menerangkan bahwa mereka semua menolak karena khawatir tidak akan sanggup melaksanakan amanah itu dengan baik. Kekhawatiran inilah yang membuat mereka merasa berat memikulnya.
Muqatil ibnu Hayan, sebagaimana tertulis dalam tafsir Ibnu Katsir tentang ayat ini, mengemukakan bahwa Allah Ta'ala bertanya kepada langit, "Maukah engkau memikul amanat ini (wahai langit)? Aku berjanji akan memberikan karunia dan kemuliaan serta pahala (untukmu) di surga (jika engkau bisa memikulnya)."
Langit menjawab, "Ya Tuhanku. Sesungguhnya kami tidak kuat memikul perintah ini dan tidak mampu mengerjakannya. Tapi kami akan selalu taat kepada-Mu."
Hal yang sama juga diungkapkan oleh bumi. "Kami tidak punya kesabaran memikul tugas ini dan kami tidak kuat (wahai Tuhanku). Tetapi kami (akan) selalu tunduk dan patuh kepada-Mu dan tidak akan mendurhakai-Mu dalam sesuatu pun yang Engkau perintahkan kepada kami," kata bumi.
Terakhir, setelah semua menolak, amanah ini ditawarkan kepada manusia. Dalam tafsir Ibnu Katsir diceritakan bahwa Allah Ta'ala berkata kepada Adam Alaihissalam (AS), manusia pertama di muka bumi, "Maukah engkau memikul amanat ini dan memeliharanya dengan sebaik-baiknya (wahai Adam)?"
Adam AS kemudian balik bertanya kepada Allah Ta'ala, "Imbalan apakah yang akan aku terima di sisi Mu ya Tuhanku?"
Allah Ta'ala menjawab, "Hai Adam. Jika kamu berbuat baik, taat, dan memelihara amanat ini, maka bagimu di sisi-Ku kemuliaan, keutamaan, dan pahala yang baik di surga. Namun jika engkau durhaka, tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang sebenar-benarnya, dan kamu berlaku buruk terhadapnya, maka sesungguhnya Aku akan mengazab dan menyiksamu serta memasukkanmu ke dalam neraka."
Adam AS kemudian menjawab, "Aku rela ya Tuhanku."
Lalu Allah Ta'ala pun berkata, sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim, "Aku telah memikulkannya kepadamu."
Perkataan ini sesuai dengan petikan terakhir surat al-Ahzab [33] ayat 72, "... dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sungguh manusia itu sangat zalim dan sangat bodoh."
Lalu mengapa di kalimat terakhir manusia dikatakan zalim dan bodoh? Mari kita renungkan bagamana kesudahan dari perjalanan hidup kebanyakan manusia. Rupanya, sebagian besar manusia pada akhirnya tersesat. Hanya sedikit saja yang selamat. Padahal, Allah Ta'ala telah memberi petunjuk kepada manusia lewat lisan para Nabi dan Rasul.
Untunglah Allah Ta'ala masih membukakan pintu maaf kepada manusia yang masih beriman kepada-Nya. Ini dinyatakan oleh Allah Ta'ala dalam lanjutan surat al-Ahzab [33], yakni ayat ke 73, yang juga merupakan ayat terakhir surat ini, "... dan Allah akan menerima tobat orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang."
Semoga Allah Ta'ala mengampuni dosa dan kekhilafan kita, serta tidak memasukkan kita ke dalam golongan orang-orang zalim dan bodoh. Aamiin. ***
Penulis: Mahladi Murni