Menuju Hulu Sungai Mahakam

Lingkungan  
Penulis saat menanti datangnya perahu di pinggir Sungai Mahakam.

MAHAKAM --- Ada banyak sungai di Indonesia. Yang paling panjang, Sungai Kapuas. Urutan kedua, Sungai Mahakam di Kalimatan Timur (Kaltim).

Di Kaltim sendiri, Mahakam menjadi sungai terbesar dan terpanjang. Bila diukur dari hulu hingga hilir, panjangnya 920 kilometer. Bandingkan dengan panjang Pulau Jawa yang mencapai 1000 km. Hampir sama!

Dulu, ketika masih duduk di bangku sekolah, saya sering mendengar nama sungai ini disebut oleh guru geografi. Namun, ketika itu, saya belum pernah melihat langsung. Hanya bisa membayangkannya saja.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Saya juga pernah mendengar kabar kalau di Sungai Mahakam ada banyak spesies ikan langka. Salah satunya, Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris) yang dijadikan maskot Kalimantan Timur.

Tapi, tentu bukan karena Pesut Mahakam saya pada Ahad pertengahan September 2023 mengarungi Sungai Mahakam. Saya mengarungi sungai ini untuk bertemu seorang dai muda di hulu sungai yang panjang ini. Namanya Ustad Muhammad Taufik.

Taufik tinggal di Mahakam Ulu, tepatnya di Kampung Ujoh Bilang, Kecamatan Long Bagun. Untuk mencapai daerah ini, saya ditemani tim Pos Dai, harus menyusuri Sungai Mahakam selama 5 jam menggunakan perahu boat kecil bermesin satu dari Kutai Barat. Kadang perahu yang kami tumpangi berjalan zigzag untuk menghindari kayu-kayu besar yang hanyut dari hulu sungai.

Sebenarnya, untuk mencapai Mahakam Ulu, kita bisa naik kapal agak besar dari Samarinda. Lamanya tiga hari dua malam. Kok bisa selama itu? Sebab, di sepanjang pinggir Sungai Mahakam ada banyak sekali pelabuhan kecil. Kapal akan singgah di pelabuhan-pelabuhan kecil itu manakala ada calon penumpang yang berdiri menunggu di sana.

Belum lagi jalannya kapal yang sangat lambat. Mungkin karena bobot kapal yang lumayan berat, sementara mesin tak cukup kuat, ditambah lagi harus melawan arus Mahakam yang lumayan deras.

Karena tidak mau menunggu waktu selama itu maka kami putuskan menempuh jalan darat. Lumayan menghemat waktu. Kami bisa tiba di Kutai Barat dalam waktu 12 jam. Lalu meneruskan dengan perahu bermesin satu selama 5 jam melawan arus Mahakam.

Lalu bagaimana kisah Ustad Taufik berdakwah di tengah komunitas Suku Dayak dan para pendatang di Mahakam Ulu? Kita akan bahas kisah ini pada kesempatan lain. Nantikan ya ... ***

Penulis: Mahladi Murni | Pengelola blog pribadi www.mahladi.com

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Jaga Iman dengan Berbagi Renungan

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image